Kamis, 17 Juli 2008

3rd Note: Neurocysticercosis

Namanya, Adler Rebecca, seorang guru TK, cantik, tinggi usia 25 tahun. Pagi itu seperti biasa ia berangkat mengajar. Awal mengajar, dia mengajar dengan penuh semangat namun di tengah-tengah, tiba-tiba dia mengalami disartikulasi. Bicaranya menjadi tidak jelas dan mirip seorang bayi. Dalam hitungan detik sampai menit ketika dia tidak bisa bicara dia terjatuh dan tidak sadar. Di bawalah ia ke RS!

Di rumah sakit dilakukan pemeriksaan MRI kepala dan didapatkan ada semacam “lesi” di otak Rebecca. Dr. H sebagai kepala yang menangani kasus ini bertanya kepada ketiga dokter penyertanya, Dr. Ch, Dr. C, dan Dr. F, tentang diagnosis banding bagi Rebecca. Ada informasi dari teman Dr. H, yaitu Dr. W bahwa Rebecca kemungkinan terkena tumor otak, tapi Dr. H menyanggah sebab Rebecca terlalu muda untuk terkena tumor otak. Dr. Ch menjawab sindroma iskemia otak, Dr. C menjawab penyakit Creutzfeldt-Jakob, dan Dr. F menjawab Wernicke encephalopathy. Dr. H mengatakan untuk Wernicke encephalopathy tidak mungkin terjadi sebab kadar thiamine darah masih normal. Dr. F mengatakan bisa saja hasil tes ini salah. Akhirnya Dr. H memutuskan untuk meretes profil darah Rebecca dan MRI kepala dengan kontras.

Saat pemeriksaan MRI kepala dengan kontras Rebecca mengalami shock anaphylaksis, tentunya ini sangat tidak menyenangkan. Rebecca tidak bisa diperiksa MRI dengan kontras! Hasil tes darah juga kembali mengatakan bahwa profil darahnya normal. Tim Dr. H hanya bisa menyatakan Rebecca alergi terhadap kontras MRI. Namun masalah utama kausa penyakit Rebecca belum dapat ditemukan dan di atasi.

Dr. H kini berada di kliniknya dengan seorang anak yang mengeluh sesak napas. Ibunya mengatakan ia sengaja tidak memberikan obat-obat sering2 pada anak ketika sesak sebab takut anaknya tergantung obat. Dr. H lalu mengatakan bahwa anak tersebut terkena asma dan memang dia harus minum obat sering supaya dapat mengontrol penyakit asmanya. Obatnya adalah steroid. Seketika itu timbul ide pada Dr. H.

Dr. H menemui timnya dan memerintahkan untuk mengasih steroid dosis tinggi pada Rebecca dan mengatakan bahwa Rebecca terkena cerebral vasculitis. Tapi timnya membantah, bagaimana Dr. H tahu kalau Rebecca terkena vasculitis, bukankah untuk seusianya penyakit tersebut jarang, tidak ada juga pemeriksaan definitif yang menyatakan bahwa Rebecca terkena cerebral vasculitis. Dr. House mengatakan bahwa sedimentation ratenya meningkat sedikit. Dr. F membantah bahwa itu bisa berarti banyaka atau bukan berarti apa-apa. Dr. H lalu mengatakan ya jelas saya tahu itu, memang saya tidak punya alasan menjelaskan cerebral vasculitis kecuali gejala-gejala yang terjadi pada Rebecca. Dr. C mengatakan mestinya dilakukan biopsi terlebih dahulu untuk menyatakan hal tersebut dan hasil MRI ketika melihat lesi itu seharusnya menyatakan juga adanya gambaran vasculitis otak. Dr. H mengatakan hipotesis cerebral vasculitis pada Rebecca dapat terbukti bilamana terapi steroid dosis tinggi diberikan pada Rebecca dan kondisi Rebecca membaik. Timnya mengatakan bagaimana mungkin ada tindakan diagnosis semacam itu, bagaimana jika kondisinya semakin memburuk. Dr. H mengatakan kita pelajari yang lain….

***

Terapi steroid dosis tinggi diberikan tetapi Rebecca menolak. Bukannya pada awalnya dia dikatakan menderita tumor tetapi mengapa sekarang dia dikatakan menderita yang lain. Tim Dr. H akhirnya menjelaskan pada Rebecca apa yang terjadi pada dirinya dan akhirnya Rebecca mencoba mengerti dan mau menerima terapi steroid tersebut. Kepala rumah sakit, Dr. Cu mengetahui tindakan yang dilakukan Dr. H, menyuruh timnya untuk menghentikan terapi pada Rebecca sebab tidak berlandasakan bukti medis. Tetapi pada akhirnya kepala rumah sakit tahu sendiri dan mendengar sendiri dari mulut Rebecca bahwa ia merasa kondisinya membaik dan dia mulai bisa makan dengan lahap. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dr. Cu mengatakan pada Dr. H bahwa kamu beruntung kali ini.

Ia memang benar Dr. H memang beruntung saat itu. Beberapa hari kemudian kondisi Rebecca tiba-tiba memburuk kembali. Ia mengeluhkan kini tidak dapat melihat dan mengalami seizure dan gawatnya kondisinya semakin memburuk. Dr. H mengatakan pasti ada yang terlewat. Dia mengatakan “Everbody lie and the truth begin from a lie.” Akhirnya dia menyuruh timnya untuk mengobservasi rumah Rebecca.

Di rumah Rebecca tim Dr. H tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan yang dapat membuat Rebecca mengalami penyakit yang dideritanya saat ini, kecuali banyak daging ham di meja makannya. Seketika itu Dr. H mengatakan dasar bodoh kalian. Dr. H mengatakan Rebecca menderita neurocysticercosis akibat menelan larva taenia yang terdapat pada ham yang tidak matang dia makan. Dr. F mengatakan bagaimana bisa lagi dia berkata seperti itu, bukankah tes darahnya normal tidak menunjukkan peningkatan eosinofil jika kondisi demikian yang terjadi. Dr. H mengatakan kali ini gejala-gejala yang terjadi pada Rebecca cocok semua jika neurocysticerosis adalah penyakitnya. Lalu Dr. H mengeluarkan literatur yang menunjukkan tanda-tanda dari neurocysticercosis. Tapi bagaimana membuktikannya apakah kembali dia harus menerima obat antiparasit dan jika membaik Dr. H benar dan jika salah maka tamatlah riwayat karier Dr. H. Dr. H perlu bukti medis!

Dr. H akhirnya menemui Rebecca dan menjelaskan semuanya. Tetapi Rebecca tidak menerima jika dia harus menerima obat antiparasit tanpa bukti medis yang definit. Dia telah merasa menjadi bahan percobaan, dan mengatakan bahwa Dr. H adalah dokter berengsek. Dr. H akhirnya lepas tangan untuk mengobati Rebecca, dia mengatakan tugasnya sudah selesai sebab dia sudah tahu apa penyakit Rebecca meskipun tanpa bukti medis. Dr. Ch akhirnya mendapat ide. Foto X-ray saja semua bagian tubuh Rebecca. Bukankah tidak hanya satu larva yang ada pada tubuh Rebecca dan larva taenia denistasnya dapat terlihat dengan X-Ray sebab larva taenia suka berada pada otot. Otot pada X-ray akan tampak semiopak sampai lusen pada X-Ray dan larva taenia akan tampak opak pada X-Ray sehingga ia dapat difoto tanpa kontras dan aman, tidak invasif. Apa yang terjadi? Ternyata benar pada foto polos paha Rebecca ditemukan positif ada larva dan Rebecca akhirnya dapat selamat dengan meminum obat parasit.

Ini adalah cerita awal bagaimana diterapkannya teori Occam’s Razor dan Hickam Dictum… Selamat Anda memang hebat atau beruntung Dr. H?

Tidak ada komentar: