Selasa, 29 Juli 2008

6th Note : Gemetar...

Sebut saja nona T, umur sekitar 13 tahun, datang ke UGD dengan riwayat post kecelakaan lalu lintas (KLL) 15 menit lalu. Kecelakaan ini adalah kecelakaan motor menabrak motor. Nona T datang bersama dengan mas O yang menabraknya. Keduanya datang dengan luka lecet yang multipel di berbagai regio badan. Kondisi kesadaran keduanya masih baik. Tapi di antara nona T dan mas O terdapat satu luka terbuka yang memerlukan tindakan hecting n debridement dan perawatan luka yang segera.

Luka terbuka terparah adalah luka dari nona T. Luka ini di regio lateral plantar pedis dengan panjang luka 6 cm, lebar 1 cm, dan dalam 1 cm. Bentuk luka tidak bagus dan perlu tindakan debridement. Dan perawat memangil saya untuk menawarkan menangani luka nona T. Saya pun terima. Dan saya mencoba menangani ini dengan setenang mungkin...

Awal penanganan luka adalah melakukan sterilisasi daerah luka dengan betadine. Setelah itu dengan alkohol kemudian betadine lagi. Setelah luka tersterilisasi langkah selanjutnya adalah menutup daerah sekitar luka dengan kain linen steril. Celakanya ini tidak ada. Tapi masih saya coba berusaha tenang. Lalu saya siram daerah luka dengan NaCl kemudian perhidrol dan NaCl kembali. Tindakan ini dilakukan karena luka nona T lukanya dalam dan kotor sehingga dapat menyebabkan bakteri anaerob menginfeksi luka. Luka pun terdisinfeksi dan siap didebridement.

Debridement luka dimulai entah kenapa kaki terasa gemetar. Sebab darah keluar terus dari tempat luka. Saya perintahkan asisten, seorang perawat, untuk menekan luka (dep). Debridement dimulai dengan darah yang masih juga mengalir. Perawat senior menyarankan untuk menjahit subcutis segera dan kemudian menjahit kulit untuk kemudian dilakukan pemeriksaan foto. Saya pun setuju. Namun kaki ini semakin gemetar... Saya belum pernah menjahit subcutis. Perawat senior membantu menjahit subcutis dan selanjutnya saya menjahit kulit.

Penjahitan subcutis pun selesai. Kini giliran saya menjahit kulit. Saya meminta kepada perawat jarum yang kecil untuk menjahit kulit. Namun, dia menyarankan besar saja. Tetapi saya menolak. Sebab menurut saya jarum yang kecil lebih mudah saya kontrol. Namun, ternyata saya salah besar.

Kulit plantar pedis terkenal ketebalan kulitnya. Nah ini benar-benar terasa tebal. Ketika mulai menjahit kaki saya ini terasa semakin gemetar. Namun, saya tetap berusaha PeDe menjahit. Dan celakanya jarum yang saya pakai menjadi bengkok ujungnya. Jarum jahit yang bentuknya C jadi S. Wah kacau!

Bertambah gemetarlah kaki saya. Saya pun dimarahi perawat dan akhirnya saya mengganti dengan jarum yang lebih besar. Namun celakanya masih juga jarum ini bengkok lagi. Gila! Saya semakin berkeringat. Perawat tetap mempercayai saya menyelesaikan tugas menjahit ini. Akhirnya saya ambil jarum yang no.2 paling besar. Nah, kini terasa menjahit lebih ringan.

Namun menjahit ternyata tidak segampang terkira. Luka nona T tidak lurus segaris namun lurus terus menukik. Jadi penjahitannya perlu teknik khusus. Dan disinilah saya belajar teknik itu dari seorang perawat.

Penjahitan selesai, badan saya penuh keringat. Padahal ini adalah operasi minor biasa. Yah, gemetar adalah respon fisiologis dari tubuh kita ketika kita tidak siap menghadapi sesuatu di depan kita. Semua orang pasti pernah mengalami periode itu. Tindakan medis tidak bisa hanya sekedar dipelajari di teori tetapi juga menuntut praktek. Dan celakanya saya yang juga telah berkali-kali berlatih mempraktekkan belajar menjahit lewat berbagai media, manekin, ban, kain, tas kulit, dll. Tetap saja gemetar ketika apa yang dihadapan kita "sensasi"nya tidak sama ketika berhadapan dengan seorang pasien yang berupa makhluk yang bernama manusia.

Inilah dunia kedokteran, kita punya resiko medis yang harus ditanggung kepada seorang makhluk bernyawa yang bernama manusia. Dan celakanya saya juga seorang manusia yang perlu berpuluh kali mungkin berratus kali untuk bisa mengobati gemetar dalam berbagai kasus medis yang memerlukan tindakan, bukan sekedar meresepkan obat atau memberi nasehat dan anamnesis. Sungguh resiko yang besar dan memerlukan latihan dan habituasi bukan hanya sekedar untuk terampil tetapi yang lebih penting melakukannya dengan benar!

Banyak paramedis yang lebih terampil dari seorang dokter. Tetapi dokter tetap harus menjadi leader sebab resiko medis itu ditanggungkan kepadanya. Resiko medis berupa menambah penderitaan pasien untuk supaya dapat kembali sembuh atau resiko medis terburuk pasien meninggal dalam tindakan medis yang kita lakukan walaupun kita telah berlatih ratusan dan melakukan dengan benar. Berat! Namun inilah D-O-K-T-E-R


Tidak ada komentar: